
Ada dua hal yang mungkin terjadi yaitu:
1. The Dark Night of The Soul
2. False Perception of Spiritual Condition
Yang nomor satu adalah keadaan dimana kita masih terus rajin berdoa, beribadah, beramal, dan menjaga kekudusan diri, tetapi kita merasakan bahwa Tuhan itu jauh...seolah2 Dia ada dibalik awan gelap yang tebal. Seolah2 Tuhan tidak mendengar jeritan hati kita atau kita merasa jalan sendiri. Keadaan ini banyak dialami oleh Santo Santa seperti St. Pio, St. Fransiskus Asisi, atau yang baru2 ini diberitakan adalah Blessed Mother Teresa of Calcutta. "Jesus has a very special love for you. As for me, the silence and the emptiness is so great that I look and do not see, listen and do not hear."— Mother Teresa to the Rev. Michael Van Der Peet, September 1979
Kebanyakan dari kita jatuh pada keadaan no.2 yaitu dimana kita salah persepsi dengan kondisi rohani kita, apa yang kita rasakan atau apa yang kita mengerti. Banyak dari kita yang mengikut Tuhan berdasarkan feeling. Kalo kita merasakan sukacita, tubuh serasa ada aliran listrik, atau kalo merasakan jamahan Tuhan yang begitu nyata, maka kita bilang Tuhan hadir. Tapi kalo kita tidak merasakan apa2,...maka kita bilang Tuhan kok tidak hadir. Ini namanya mengikuti Tuhan berdasarkan perasaan. Padahal saat kita tidak merasa apa pun Tuhan tetap hadir! Dia hadir saat kita senang, saat kita sedih, dan juga saat kita tidak merasa apa2 alias kosong. Feeling can betray us! Perasaan akan membohongi kita tapi iman akan terus membawa kita kedalam kebenaran yang sesungguhnya. Memang ada saatnya perasaan2 itu hilang tapi bukan berarti iman itu hilang juga. Contoh kalo kita pertama kali pacaran, apa yang kita rasakan? berdebar2, susah tidur, ingin telp terus, makanpun tidak fokus (banyak bengongnya :) ). Tapi apakah perasaan itu terus menerus hadir dalam hubungan kita? tentu tidak...alangkah sengsaranya kalo perasaan itu hadir terus menerus...karena kita jadi tidak bisa belajar, tidak bisa kerja, tagihan telepon mahal, imsonia dll. Tapi apakah waktu perasaan itu hilang berarti kita tidak mencintai lagi pasangan kita? juga tentu tidak. Perasaan itu adalah bumbu Cinta/manisfestasi perasaan yang timbul dari daya cinta dan biasanya adalah tanda dari cinta mula2. Semakin mature/dewasa cinta itu perasaan itu pun akan berganti alih menjadi"the Sufferring Love". Suffering Love adalah dimana kita mencintai dengan pengorbanan, mencintai tanpa pamrih dan tidak perduli perasaan kita tetapi selalu perduli perasaan pasangan kita. Perasaan hati kita dalam stage ini bukan lagi perasaan yang menggebu2 tetapi melainkan perasaan yang tenang, lembut tapi dalam, solid dan berakar dihati.
Sama halnya dengan perjalanan iman kita. Kadang kita tidak lagi merasakan hal2 yang "seru" tapi bukan berarti Tuhan tidak lagi hadir dalam diri kita. Kita tidak semestinya berhenti berdoa hanya karena tidak merasakan kehadiran Tuhan lagi, kita tidak semestinya berhenti ke gereja karena merasakan tidak mendapatkan apa2 disana, dan kita tidak semestinya berhenti membaca Firman karena bosan. Biarpun kita tidak merasakan apa2 sama sekali atau bahkan merasakan tidak ada gunanya semuanya itu, ketahuilah bahwa itu semua ada gunanya dan ada kuasanya. Doa tetap berguna walau kita tidak merasakan langsung kekuatan dari doa tsb. Ekaristi tetap berguna dan besar kuasanya biarpun kita datang dengan malas2. Firman Tuhan yang kita baca tidak akan menjadi sia2 biarpun kita tidak serius menghayatinya. Karena kuasa doa, kuasa perjamuan Ekaristi dan kuasa Firman tetap bekerja dan tidak tergantung dengan perasaan kita saat itu. Mereka akan berdaya guna dan memberikan kekuatan pada waktu tertentu di masa akan datang. Analoginya seperti ini: tumbuh2an perennials seperti mawar mengalami musim gugur/fall di musim dingin. Pohon mawar yang semarak sebelumnya akan menjadi batang dan ranting2 yang kering yang kehilangan sebagian besar daunnya dan bunganya. Mereka kehilangan semaraknya dari luar tetapi mereka sehat dari dalam dan sedang mempersiapkan semuanya untuk musim dingin. Mereka tetap membutuhkan air di masa ini untuk mendukung perubahan fisiologis dalam persiapan musim dingin. Kalo kita stop memberikan air maka pohon mawar ini akan mati dari dalam (winter dehydration). Biarpun kita memberikan pupuk, air, sinar matahari yang cukup pada musim dingin, jangan harap kita bisa melihat bunga2 mawar tumbuh dengan indah. Apapun yang kita kerjakan, pohon mawar akan tetap keliatan seperti mau mati pada musim dingin. Tetapi memang semua ada waktunya, yaitu ada waktu untuk memetik dan ada waktu untuk bersabar. Di musim dingin kita harus bersabar merawat bunga mawar karena apa yang kita kerjakan untuk bunga mawar itu tidak akan memberikan hasil sampai nanti musim semi tiba.
Kita bisa membuat analogi dari sini dengan mengibaratkan air= doa, ekaristi, atau Firman Tuhan. Biarpun kita sedang mengalami musim dingin dalam perjalanan rohani kita, tetapi kita tidak boleh berhenti menerima "Air"tersebut. Air tersebut terus mendukung kehidupan rohani kita dalam musim dingin dan akan membuahkan kehidupan rohani yang lebih indah pada setelah melewati musim dingin. Jadi hendaklah kita doa dengan tekun, membaca firman dengan tekun dan merayakan Ekarisiti dengan tekun biarpun kita tidak merasakan apa2 atau sedang mengalami musim dingin rohani. Karena ini semuanya ini tentu ada daya gunanya dan tidak akan sia2. Doa tetap mempunyai kekuatan dan kuasa tanpa tergantung dari perasaan si pendoa. Janganlah kita meninggalkan kegiatan rohani kita saat mengalami kekeringan hati, tetapi bertekunlan dan setialah dalam kegiatan2 kita, niscaya orang yang yang bertekun akan memetik buah yang manis! dan melihat bunga yang indah pada waktunya. Rm 12:11-12:
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"
Sir 1:23 "Orang yang sabar bertahan sampai pada waktu tepat, kemudian akan terbit sukacita baginya"
Picture taken from: http://www.flickr.com/photos/spaceodissey/2146398978/ by spaceodissey with all rights reserved.