Oleh karena itu mereka tidak lagi disebut murid (disciple) tetapi mereka sekarang disebut Rasul. Banyak orang mengira bahwa Rasul dan Murid adalah kata yang sama tetapi sebetulnya berbeda. Murid adalah seorang pengikut dan masih tahap belajar sedangkan Rasul adalah tahap dimana seorang murid dilepas dan sudah mengemban misi tertentu. Disciple/murid = "learner, pupil, student" (dari kata Greek. mathetes, from the verb manthano, "to learn"). Rasul (Apostle) dari kata greek "apostolos", from the verb apo-stello, "to send out") 1. Jadi seorang Rasul tentunya harus bermula dari seorang murid dahulu karena dia perlu teori sebelum praktek. Oleh karena itu, murid2 Yesus dulu sebelum pentakosta, mereka hanya belajar dan melihat secara langsung apa yang dilakukan Sang Guru. Setelah sang Guru pergi, mereka dikuatkan oleh Roh Kudus untuk meneruskan misi Yesus.
Sekarang apa arti Pentakosta untuk kita? banyak orang katolik dibabtis sejak bayi dan mereka tetap menjadi bayi meskipun telah tua. Maksudnya adalah imannya yang tetap bayi. Imannya tidak tumbuh karena jarang dikasih makan dan dipraktekan. Teori saja tidak cukup karena kita juga perlu prakteknya. Kita harus lulus dari seorang murid(teori) sampai menjadi Rasul ( praktek). Kita jangan terus disuapi tetapi harus belajar menyuapi orang lain. Kita jangan terus menerima tetapi harus belajar memberi. Praktek iman demikian membuat spiritual kita menjadi dewasa. Banyak orang yang berpikiran "Ahh..jadi orang Katolik...yang penting hidup baik2 dan nggak usah macem2 itu sudah cukup kok, nggak usah fanatik2 lah..." betulkah? jawabannya adalah salah! not doing anything in this case is a sin. Berdosa karena mengabaikan perintah Yesus yang sangat penting yaitu " Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus", Matius 28:18-19. Kalo kita telah setuju menjadi Katolik, kita pun harus setuju akan amanat agung Yesus yaitu kita harus pergi mewartakan cinta Yesus. Bukan hanya teori melainkan pergi! dan praktek! Saya senang dengan kutipan St. Francis of Asisi yang bunyinya kurang lebih seperti ini " Preach the Gospel, use words if necessary!" ( beritakanlah injil, pake kata2 kalo perlu). Maksudnya adalah...hidup kita harus mewartakan injil..bukan hanya dibibir saja.
Mengapa iman kita perlu dewasa? Analoginya seperti ini: saya mempunyai seorang anak laki2 umur 10 bulan, namanya Rafael Kirene Basarah. Lucunya memang bukan kepalang....jailnya juga ternyata :) (nurun dari bapanya kayanya). Saya dan istri saya sebagai orang tua merasa sungguh diberkati dan sungguh menikmati masa2 seperti ini, yaitu masa2 dia masih imut2 dan lucu. Tetapi sebagai seorang bapa, saya sudah menunggu2 waktu saat dia beranjak dewasa. Saya sudah menunggu kalo dia sudah besar nanti, bisa saya ajak main basket, badminton, mancing, dan aktifitas2 yang lainnya. Juga kalo sudah besar nanti dia juga bisa semakin merasakan dan mengerti akan kasih sayang orang tua dan sebaliknya dia juga bisa semakin mengekspresikan rasa syukurnya kepada orang tua. Jadi banyak hal2 yang menarik, fun, dan wahh yang akan kita berikan kepada dia kalo dia sudah besar nanti. kalo sekarang dia masih terlalu kecil dan misalkan kalo diajak ke disneyland pun...dia tidak mengerti apa2. Jadi sebagai orang tua, biarpun kita menikmati saat2 ini dan meskipun kadang kita berpikir..."Rafael jangan cepet2 yah gedenya...:) " tapi kita pun berharap agar dia semakin dewasa setiap harinya sehingga dia semakin mengerti dan semakin bisa menikmati kesenangan2 yang kita telah sediakan baginya.
Sama halnya seperti kita sebagai anak2 Allah. Ada kalanya kita menjadi bayi dan Tuhan selalu setia menemani kita setiap saat tetapi ada kalanya juga Tuhan berharap agar kita menjadi dewasa sehingga kita bisa lebih mengerti bagaimana besarnya cinta Tuhan kepada kita. Juga Tuhan ingin supaya kita lebih mengerti dan merasakan berkat2 yang Ia telah sediakan buat kita. Dan berkat2 tersebut tak akan dimengerti oleh iman yang masih bayi. Saat kita dewasa dalam iman...kita bisa melihat "the bigger picture" dari kasihNYA Tuhan. Juga saat iman kita dewasa, kita bisa melewati kesengsaraan/penderitaan hidup dengan penuh iman, cinta, dan pengharapan sehingga kita menjadi sukses dan tidak gagal. Kalo iman kita dewasa, kita juga tidak gampang tertipu oleh bisikan si Iblis yang mengakitbatkan kita sering salah jalan dan jatuh terpuruk. Iman yang dewasa juga membuat kita semakin melihat jelas rencana Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita tidak perlu terlalu khawatir karena semuanya akan menjadi indah sesuai janjiNYA. Jadi iman yang dewasa membuat hidup kita berkelimpahan. Tentu didunia ini semua orang mengalami penderitaan tetapi dengan iman yang dewasa penderitaan yang kita terima tidak ada bandingnya dengan kemuliaan yang kita dapatkan kelak (Roma 8:18). Jadi, seperti anak bayi kalo diajak ke disneyland tidak mengerti apa2, juga sama seperti kita yang imannya seperti bayi kalo Tuhan ibaratnya "mengajak ke disneyland" pun kita tidak akan mengerti apa2. Juga kalo kita perhatikan...anak kecil suka nangis terus padahal orangtuanya telah berupaya untuk berada didekatnya dan menghiburnya. Tapi seringkali dia tidak mengerti upaya orang tuanya tersebut karena masih kecil. Iman yang kecil pun akan demikian, kita akan terus bersedih dan bergumul dengan penderitaan kita meskipun Tuhan selalu berupaya untuk menjaga kita dan membantu kita.
Mari kita merenungkan perkataan Santo Paulus ini" ...Kamu masih perlu lagi diajarkan asas2 pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil" Ibrani 5:12-13
Do we want to grow up?
Reference and note:
1. Disciples and Apostles in the New Testament by Felix Just, S.J., Ph.D.
2 comments:
good :-)
eh gedubrak, sorry comment nya ke pencet.. anyway, wah berarti salah donk aku...
I pick 40 days not 50..
hehehe
wah payah payah
harus baca alkitab more nih...
Post a Comment