Sponsor/Adverstisement

Search This Blog

Wednesday, February 20, 2008

Janji Tuhan: Berkelimpahan Dalam Hidup

Sejak pertama kali, Tuhan selalu mempunyai niat yang amat baik bagi semua ciptaannya, yaitu memberkati mereka dalam kelimpahan dan kebahagiaan. Tuhan tidak meninggalkan apa yang telah diciptakannya setelah hari ke-6 dan beristirahat, tetapi Dia selalu memelihara mereka dalam Kasihnya. Tuhan tidak perlu beristirahat pada hari ke-7 karena Dia maha kuasa. Tapi hari ketujuh diperuntukkan untuk manusia ( Markus 2:27). Pada hari ke-7 Tuhan memberkati seluruh ciptaannya dan memberikan dirinya untuk mereka sehingga relasi antara sang pencipta dan ciptaannya tidak terputus. "Sheba" (1) dalam bahasa Ibrani berarti "Oath-swearing/sumpah/sakramen" diturunkan dari kata angka "tujuh" dalam bahasa Ibrani juga. Dan "oath-swearing" jaman sekarang ini selalu digunakan dalam sakramen perkawinan antara kedua mempelai agar mereka setia satu sama lainnya atau dalam pengadilan/sumpah jabatan. Jadi pada hari ke-7 bukan Tuhan beristirahat tetapi Dia mengikat dirinya dengan ciptaannya dan ikatan ini seperti ikatan perkawinan. Oleh karena itu kita harus menyucikan hari Tuhan karena hari itu adalah hari untuk mengenang kasih Tuhan kepada ciptaannya seperti layaknya hari perkawinan.

Karena Tuhan tidak pernah meninggalkan ciptaannya dan Ia selalu setia, maka niat Tuhan pun sama dari dulu, sekarang ,dan selama2-nya ( Ibrani 13:8) yaitu memberkati manusia dengan berkelimpahan dan kebahagiaan. Waktu kita mendengar kata berkelimpahan, selalu hal yang pertama yang kita pikir adalah "uang". Padahal uang adalah hanya salah satu bagian untuk menunjang kehidupan yang bahagia. Waktu saya berbincang2 dengan saudaraku dalam Kristus, my mentor, Chanuka Erdita, dia kutip dari buku (Speedwelath by T. Harv Eker) "Wealth is not just money...Money is a convenient symbol that represents and measures the values of goods and services exchanged between people." Buat orang2 yang terpanggil dalam kehidupan berkeluarga, uang memang salah satu cara untuk hidup layak didunia ini tetapi tetap bukan satu ukuran mutlak untuk kebahagiaan dan hidup berlimpah. Contoh: banyak cerita nyata yaitu orang yg sudah berkelimpahan uang merubah hidupnya menjadi sederhana dan banyak berderma bagi orang2 miskin karena disitu ia akhirnya menemukan kebahagiaan. Bagi orang yang hidupnya terpanggil ke kehidupan klergi atau pelayanan penuh, seperti blessed mother Teresa atau St. Francis Asisi, uang bagi mereka semakin rendah prioritasnya dan mereka tidak begitu memerlukannya seperti bagi mereka yang dipanggil untuk hidup berkeluarga. Tetapi nyatanya mereka tetap hidup berkelimpahan dan bahagia. Tuhan tidak pernah melarang orang menjadi kaya dalam cerita injil Lukas 12, tetapi yang menjadi kesalahan atas orang kaya ini adalah dia bertumpu pada kekayaannya dan berpikir bahwa bahagia datang dari banyaknya kekayaan(3). Tuhan melarang kita berbuat seperti itu karena Tuhan tidak mau kita berjuang susah payah untuk menjadi bahagia tetapi akhirnya tidak menemukan apa apa pada akhir perjalanan kita. Karena kebahagiaan letaknya adalah dalam relasi kita dengan Tuhan bukan dengan kita dan barang dunia.

Tuhan ingin memberkati kita secara berlimpah dalam segala aspek kehidupan kita, contoh: dalam pekerjaan, dalam keluarga, sekolah, relasi sosial antara teman dan saudara, dalam kesehatan, dalam keturunan, keselamatan, dan yang lain2 (lihat Ulangan 28: 1-14). Jadi, jangan kita hanya berburu uang untuk mencari kebahagiaan tetapi perhatikanlah yang lain dalam hidup kita. Kadang, hal2 yang kecil suka terlupakan, contoh: pola makanan kita; apakah kita sehat dengan pola makanan seperti sekarang ini? makan makanan berminyak atau fastfood karena sibuk bekerja sehingga angka kolesterol kita 250? Dengan makan sembarangan berarti kita tidak mempratekkan hidup secara berkelimpahan. Apakah kita punya banyak dendam atau sakit hati dengan saudara2 kita atau teman2? berusaha menjauhi mereka kalo bertemu? Apakah kita terlalu sibuk bekerja untuk mencari uang, sehingga olah raga pun tidak termasuk dalam agenda kita. Atau jalan2 dengan keluarga tetapi tidak pernah lepas dari cellphone untuk membicarakan bisnis. Apakah gunanya uang kalo kita tidak sehat? apakah gunanya uang kalo keluarga tidak akur? apakah gunanya uang kalo hidup tak tentram karena banyak musuh. Karena hal2 demikian tidak bisa dibeli oleh uang. Kalo kita masih pelit untuk berderma kita juga belum hidup dalam berkelimpahan karena orang yang tidak memikirkan orang lain tidak akan damai hidupnya dan mereka seperti orang yang sakit perut. Sakit perut? yah betul! bayangkan kita makan terus dan menerima terus sekenyang-kenyangnya tanpa pernah buang air besar, bagaimana rasanya? demikian pula hidup kita, janganlah kita egois dan hanya menerima terus, tetapi kita juga harus menyumbang bagi saudara2 kita yang miskin.

Ulangan 28: 2 berkata demikian " Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu..." Suara Tuhan/Firman Tuhan yang utama adalah : Kasihilah Allahmu dengan segenap tubuh, jiwa, dan Rohmu dan kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Apabila kita melakukan 2 perintah utama ini, maka kita berada dalam jalan yg benar, yaitu jalan menuju kelimpahan dan kebahagiaan. Dan apapun panggilan kita, jalankanlah dengan Kudus.

Referensi:

(1) A Father Who Keeps His Promises Scott Hahn
(2) Alkitab Deuterokanonika 1976
(3) The Root of All Evil Marcellino D'Ambrosio, Ph.D.

1 comment:

Bro Chan said...

Hallelujah Nest. Congrats for new blog, mari kita landa cyberspace dengan kasih Allah, amen! Keep going man, Immanuel!